DEKLARASI ILMU KEOLAHRAGAAN DAN OLAHRAGA DITINJAU DARI ASPEK EPISTEMOLOGI

DEKLARASI ILMU KEOLAHRAGAAN DAN OLAHRAGA DITINJAU DARI ASPEK EPISTEMOLOGI

 

Terdorong oleh rasa ingin mencari jawaban tepat terhadap pertanyaan: Apakah olahraga merupakan ilmu yang bediri sendiri, dan sebagai tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya, maka diselenggarakanlah pada tahun 1998 di Surabaya suatu Seminar Lokakarya Nasional Ilmu Keolahragaan. Seminar ini mampu melahirkan kesepakatan tentang pendefinisian pengertian olahraga yang dikenal dengan nama Deklarasi Surabaya 1998 tentang Ilmu Keolahragaan, sebagai jawaban bahwa olahraga merupakan ilmu yang mandiri (KDI Keolahragaan, 2000: 1-2). Sebagai ilmu yang mandiri, olahraga harus dapat memenuhi 3 kriteria: Objek, Metode dan Pengorganisasian Yang Khas, dan ini dicakup dalam paparan tentang ontologi, epistemologi dan aksiologi (KDI Keolahragaan, 2000: 6). Aspek ontologi, setidaknya dapat dirujuk dari objek studi Ilmu Keolahragaan yang unik dan tidak dikaji ilmu lain. 

Sebagai rumusan awal UNESCO mendefinisikan olahraga sebagai "setiap aktivitas fisik berupa permainan yang berisikan perjuangan melawan unsur-unsur alam, orang lain, ataupun diri sendiri". Sedangkan Dewan Eropa merumuskan olahraga sebagai "aktivitas spontan, bebas dan dilaksanakan dalam waktu luang". Definisi terakhir ini merupakan cikal bakal panji olahraga di dunia "Sport for All" dan di Indonesia Tahun 1983,"Memasyarakatkan Olahraga dan Mengolahragakan Masyarakat" (Rusli dan Sumardianto, 2000: 6) "Aktivitas", sebagai kata yang mewakili definisi olahraga, menunjukkan suatu gerak, dalam hal ini gerak manusia, manusia yang menggerakkan dirinya secara sadar dan bertujuan. Oleh karena itu, menurut KDI keolahragaan, objek material Ilmu Keolahragaan adalah gerak insani dan objek formalnya adalah gerak manusia dalam rangka pembentukan dan pendidikan. Dalam hal ini, raga/tubuh adalah sasaran yang terpenting dan paling mendasar. 

Penelitian filosofis untuk itu sangat diharapkan menyentuh sisi tubuh manusiawi sebagai kaitan tak terpisah dengan jiwa/pikiran, apalagi dengan fenomena maraknya arah mode atau tekanan kecintaan masyarakat luas terhadap bentuk tubuh ideal. Seneca, seorang filsuf dan guru kaisar Nero mengatakan: "oran dum es ut sit Mens Sana in Corpore Sano" yang secara bebas dapat ditafsirkan bahwa menyehatkan jasmnai dengan latihan-latihan fisik sebagai jalan untuk mencegah timbulnya pikiran-pikiran yang tidak sehat yang membawa orang kepada perbuatan-perbuatan yang tidak baik (Noerbai, 2000: 35). Aspek kedua sebagai dimensi filsafat ilmu adalah epistemologi yang mempertanyakan bagaimana pengetahuan diperoleh dan apa isi pengetahuan itu. Ilmu Keolahragaan dalam pengembangannya didekati melalui pendekatan Multidisipliner, lintas disipliner dan interdisipliner. 

Pendekatan multidisipliner ditandai oleh orientasi vertikal karena merupakan penggabungan beberapa disiplin ilmu. Interdisipliner ditandai oleh interaksi dua atau lebih disiplin ilmu berbeda dalam bentuk komunikasi konsep atau ide. Sedangkan pendekatan lintas disipliner ditandai orientasi horisontal karena melumatnya batas-batas ilmu yang sudah mapan. Ketiga pendekatan di atas dalam khasanah Ilmu Keolahragaan membentuk batang tubuh ilmu sebagai jawaban atas pertanyaan apa isi Ilmu Keolahragaan itu. Inti kajian Ilmu Keolahragaan adalah Teori Latihan, Belajar Gerak, Ilmu Gerak, Teori Bermain dan Teori Instruksi yang didukung oleh ilmu-ilmu Kedokteran Olahraga, Ergofisiologi, Biomekanika, Sosiologi Olahraga, Pedagogi Olahraga, Psikologi Olahraga, Sejarah Olahraga dan Filsafat Olahraga.

Akar dari batang tubuh Ilmu Keolahragaan terdiri dari Humaniora terwujud dalam antropokinetika; Ilmu Pengetahuan Alam terwujud dalam Somatokinetika; dan Ilmu Pengetahuan Sosial terwujud dalam Sosiokinetika (KDI Keolahragaan, 2000: 33-34). Aksiologi, berkaitan dengan nilai-nilai, untuk apa manfaat suatu kajian. Secara aksiologi olahraga mengandung nilai-nilai ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan strategis dalam pengikat ketahanan nasional (KDI Keolahragaan, 2000: 36). 

Sisi luar aksiologi ini menempati porsi yang paling banyak, dibandingkan sisi dalamnya yang memang lebih sarat filosofinya. Kecendrungan-kecendrungan sisi aksiologi keolahragaan ini secara akademis menempati sisi yang tak bisa diabaikan, bahkan cenderung paling banyak diminati untuk dieksplorasi. Sampai dengan abad ke-21 ini, fenomena signifikansi dan kejelasan transkultural dari olahraga menmpati salah satu koridor akademis ilmiah yang membutuhkan lebih banyak penggagas dan kreator ide (Hyland, 1990: 33).

Pendekatan Pengembangan Keilmuan   

Sesuai dengan perkembangannya, ada tiga macam pendekatan dalam pengembangan Ilmu Keolahragaan:
  1. Multidisipliner, ditandai oleh kegiatan studi yang tertuju  pada sebuah sentral disiplin ilmu yang terpisah tanpa adanya suatu kesatuan konsep. Orientasinya bersifat vertikal karena merupakan penggabungan konsep/ide beberapa disiplin ilmu yang diterapkan ke dalam masalah tertentu, misalnya kedalam bidang pendidikan jasmani.
  2. Interdisipliner, ditandai oleh interaksi dua atau lebih disiplin ilmu berbeda dalam bentuk komunikasi konsep atau ide untuk saling terpadu dalam topik atau bidang kajian yang menjadi pusat perhatian.
  3. Lintas Disipliner, ditandai oleh orientasi horisontal karena melumatnya batas-batas disiplin ilmu yang sudah mapan. Meskipun bagian tertentu dipinjam dari disiplin lainnya yang relevan, sebuah konsep penyatu muncul dan membangkitkan keterpaduan dalam satu bidang studi (KDI Keolahragaan, 2000: 14-15).

Posisi Kemajuan Ilmu Keolahragaan Di Indonesia     

Bagian ini dihubungkan dengan bagian pendekatan di atas yang menurut KDI Keolahragaan dideskripsikan sebagai hasil riset dan publikasi ilmiah di Indonesia namun tidak dicantumkan riset dan publikasi apa dan oleh siapa. Pernyataan yang penting dalam hal ini adalah bahwa posisi kemajuan di Indonesia sudah sampai taraf kemandirian yang dicontohkan dengan "sport psychology" cukup maju dalam penelitian dan penerapan terutama dalam olahraga kompetitip. Posisi sport history dan sport philosophy masih membutuhkan peningkatan karena tidak begitu banyak penggemar dalam bidang yang dianggap "kering" dan sulit ini (KDI Keolahragaan, 2000: 15).


Aspek Epistemologi     

        Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan. Secara singkat epistemology adalah menjawab "Bagaimana".

Olahraga ditinjau dari aspek epistemology :
  • Olahraga yang baik dan benar yaitu olahraga yang dilakukan secara teratur dan terukur. Lakukan olahraga sekurang-kurangnya 30 menit perhari dengan baik dan benar agar bermanfaat bagi kesehatan dan kebugaran  tubuh. 
  • Olahraga dianjurkan minimal 30 menit, lebih lama akan lebih baik. Olahraga dapat dilakukan dimana saja, tetapi tetap dengan memperhatikan lingkungan yang aman dan nyaman, bebas polusi, tidak menimbulkan cedera, misalnya: di rumah, sekolah, tempat kerja, dan tempat-tempat umum (sarana olahraga, lapangan, taman, tempat rekreasi).
  • Pilihlah olahraga yang digemari, aman, mudah, dan murah. Dilakukan secara bertahap dimulai dari pemanasan 5-10 menit, diikuti dengan latihan inti minimal 20 menit dan diakhiri dengan pendinginan selama 5-10 menit.

Durasi Latihan Olahraga  

        Latihan olahraga hendaknya dilakukan pada udara terbuka dan bebas polusi, atau bila tidak, lakukanlah di ruang tertutup yang temperatur ruangannya dapat diatur. Lakukanlah setiap sore hari minimal 30 menit.

        Adanya circardian hormone adrenalin yang banyak bersirkulasi dalam tubuh pada pagi hari mulai pukul 04.00-09.00. Juga aktivitas fibrinolitic yaitu zat pengencer darah dari tubuh sendiri pada pagi hari aktivitasnya menurun sehingga darah relatif akan lebih kental pada pagi hari.    

        Perlindungan terhadap penyakit jantung, stroke, diabetes, kegemukan, hipertensi, penurunan memori, kanker kolon, patah tulang, dan depresi pada pria dapat dilakukan dengan berolahraga.

Persiapan Sebelum Olahraga  

        Pilih kegiatan olahraga yang nyaman. Apakah yoga, berlari, bersepeda, atau olahraga lain, melakukan sesuatu yang disenangi akan membantu kita tetap mengikuti program. Mengganti kegiatan bila dibutuhkan untuk tetap termotivasi.

        Sebaiknya sebelum melakukan olahraga dilakukan pemeriksaan pendahuluan untuk menentukan dosis yang aman dan jenis olahraga yang cocok dengan tes pembebanan terutama bila terdapat keluhan seperti sering pusing, sesak nafas, nyeri dada. Berpenyakit seperti jantung koroner, asma, kencing manis, hipertensi, dll. Berusia diatas 30 Tahun : 
  • Sebaiknya gunakan pakaian dan sepatu olahraga yang sesuai dan nyaman
  • Jangan lakukan olahraga setelah makan kenyang, sebaiknya tunggu hingga kurang lebih 2 jam
  • Minum minuman yang sejuk dan sedikit manis
Olahraga dapat dimulai sejak usia muda hingga usia lanjut. Dapat dilakukan dimana saja, dengan memperhatikan lingkungan yang aman dan nyaman, bebas polusi, tidak menimbulkan cedera. Misalnya: di halaman, rumah, tempat kerja, dan lapangan. Olahraga hendaknya dilakukan secara bervariasi, berganti-ganti jenisnya supaya tidak monoton dan membosankan. Frekuensi latihan dilakukan secara teratur 3-5 kali per minggu. 

Pada Saat Melakukan Olahraga 

        Perlu diingat, jangan berolahraga sampai lelah dan kembalilah ke aktifitas secara bertahap. Biasanya, mulai dengan senam aerobic low-impact beberapa kali seminggu. Olahraga aerobic jenis high-impact seperti tennis misalnya, sebaiknya dilakukan secara bertahap. Apabila sulit berolahraga di luar rumah, pertimbangkanlah senam melalui video-video yang banyak dijual.

        Intensitas latihan, untuk meningkatkan daya tahan tubuh harus mencapai 70-85% Denyut Nadi Maksimal (DNM). DNM adalah denyut nadi maksimal yang dihitung berdasarkan DNM = 220 - Umur. Untuk membakar lemak dengan intensitas yang lebih ringan yaitu 60-70% DNM.
Sebagai contoh: seseorang dengan usia 40 tahun akan mempunyai DNM=220-40=180. Untuk membakar lemak orang tersebut berolahraga dengan denyut nadi mencapai: 60%x180= 108 sampai dengan  70%x180= 126.

        Waktu mulai semampunya, ditambah secara perlahan-lahan. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh (endurance) perlu waktu antara 1/2-1 Jam, untuk membakar lemak perlu waktu lebih lama (lebih dari satu jam).

        Hal-hal yang perlu diperhatikan setelah berolahraga jangan langsung makan kenyang, makanlah makanan lunak atau cairan/Air. Sebaiknya kita menunggu satu jam sebelum makan besar. Gizi yang tepat juga penting. Dengan badan lebih bergerak, kita mungkin membutuhkan lebih banyak kalori agar menghindari kehilangan berat badan.

        Minumlah secukupnya bila banyak berkeringat dan jangan langsung mandi. Minum cairan secukupnya sangat penting saat kita berolahraga. Air tambahan dapat membantu mengganti cairan yang hilang. Ingatlah bahwa meminum teh, kopi, kola, coklat atau alkohol justru dapat menghilangkan cairan tubuh.  

        Gantilah pakaian olahraga yang digunakan bila terlalu basah. Mengingat program olahraga menjadi jadwal setidaknya 20 menit paling tidak tiga kali seminggu. Jadwal ini dapat mengarahkan pada perbaikan yang bermakna dalam kesehatan jasmani dan kita kemungkinan akan merasa lebih baik. 

Alasan Enggan Berolahraga 

        Bila tidak terbiasa berolahraga, memulainya mungkin menjadi sesuatu yang berat. Namun, begitu tidak lagi mencari-cari alasan untuk menunda berolahraga, pasti akan merasakan manfaat olahraga.

Alasan menghindari berolahraga dan tips mengatasinya :
  • Terlalu tua. bukan alasan, toh bisa mencari tempat atau klub kebugaran yang membuka kelas sesuai usia.
  • Terlalu gemuk. Tak perlu canggung atau malu. Umumnya, orang memang merasa malu untuk memulai berolahraga, padahal orang lain justru menghargai sebagai individu yang berkomitmen dalam menjaga kesehatan tubuh. Lagipula, kalau sudah kelebihan berat badan, sebetulnya justru harus rajin berolahraga. Aktivitas fisik sekecil apapun pasti akan membantu menurunkan berat badan.
  • Terlalu lemah. Justru aktivitas fisik yang teratur akan memberikan tambahan kekuatan dan energi.
  • Terlalu lelah. Kegiatan fisik yang teratur sebenarnya akan memberikan tambahan tenaga. Dengan melatih otot, jantung, paru-paru dan pembuluh darah, maka akan mendapat tambahan tenaga untuk mengatasi stres dan beban pekerjaan yang dihadapi sehari-hari.
  • Sering sakit. Tidak disarankan berolahraga bila kondisi tubuh tidak sehat. Namun, begitu merasa sehat, mulailah berolahraga karena akan membantu mempertahankan kondisi tubuh. Mulailah perlahan-lahan dan lakukan secara konsisten.
  • Tidak ada waktu. Tak perlu waktu berjam-jam untuk merasakan manfaat olahraga. Yang penting teratur dan porsinya cukup, seperti berjalan kaki selama 30 menit setiap hari. Perubahan-perubahan kecil pada kegiatan rutin, seperti menggunakan tangga dari pada lift atau memarkir kendaraan agak jauh dari kantor atau supermarket, juga dapat memberikan manfaat bagi kesehatan, sama seperti manfaat yang didapatkan dari olahraga.
  • Tidak bersemangat. Olahraga terbukti mampu meningkatkan dan mempertahankan suasana hati. Nah, bila berhasil menyingkirkan penghalang yang menghambat untuk memulai berolahraga, akan merasa lebih optimis dan bahagia. 
Cara terbaik untuk mengembalikan tubuh ke bentuk semula tentunya dengan berolahraga. Bukan saja membantu mengembalikan kelenturan otot dan menghilangkan timbunan lemak, tetapi juga sangat baik untuk mengatasi stres. Berkonsultasilah dengan dokter kapan sebaiknya mulai berolahraga.

Manfaat Olahraga        
  1. Meningkatkan energi. Banyak yang berfikir bahwa terlalu banyak bergerak maka semakin banyak energi yang digunakan. Tetapi, olahraga yang dilakukan secara rutin dapat meningkatkan kekuatan otot dan daya tahan tubuh, sehingga memberikan energi untuk berfikir lebih jernih. Berolahraga selama 15 menit bisa membuat tubuh menghasilkan lebih banyak energi untuk sel-sel otak.
  2. Mempertahankan fokus. Cobalah olahraga satu jam sebelum melakukan kegiatan bekerja. Dengan melakukan hal tersebut, diyakini dapat lebih fokus dan melakukannya dengan baik. Dalam jangka panjang, hal tersebut dapat membantu melawan penuaan otak atau alzheimer.
  3. Meningkatkan suasana hati. Olahraga dikenal dapat memicu endorfin, yang membantu meningkatkan fungsi otak. Setelah berolahraga, kemampuan memilah prioritas dapat meningkat dan memungkinkan untuk menghalau gangguan dalam hidup. Selain itu, lebih berkonsentrasi pada berbagai tugas.
  4. Meningkatkan memori. Otak akan bekerja lebih ketika tubuh lebih aktif. Dalam percobaan yang diterbitkan dalam sebuah jurnal, siswa diminta untuk menghafal serangkaian huruf. Kemudian, sebagian dari mereka diminta untuk berjalan, mengangkat beban atau olahraga lainnya. Hasilnya, siswa yang melakukan aktivitas olahraga menjawab lebih akurat dibanding mereka yang hanya diam setelah menghafal.
  5. Meningkatkan produktivitas. Pegawai yang berolahraga pada tengah hari antara jam kerja, cendrung memberikan kontribusi lebih dibandingkan lainnya. Selain itu, mereka lebih produktif ditempat kerja.