HAKEKAT PEMBANGUNAN OLAHRAGA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA

HAKEKAT PEMBANGUNAN OLAHRAGA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA

 

Hakekat pembangunan olahraga nasional adalah upaya dan kegiatan serta pengembangan olahraga yang merupakan bagian upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang utamanya ditujukan untuk pembentukan watak dan kepribadian termasuk sifat-sifat disiplin, sportivitas dan etos kerja yang tinggi. Berdasarkan kualitas kesehatan akan tercapai peningkatan prestasi olahraga yang dapat membangkitkan kebanggaan nasional dan membawa nama harum bangsa. Penyelenggaraan pembangunan olahraga nasional utamanya didasarkan pada kesadaran serta tanggungjawab segenap warga negara akan hak dan kewajibannya dalam upaya untuk berpartisipasi guna peningkatan kualitas sumber daya manusia, melalui olahraga sebagai kebiasaan dan pola hidup, serta terbentuknya manusia dengan jasmani yang sehat, bugar, memiliki watak dan kepribadian, disiplin, sportivitas, dan dengan daya tahan yang tinggi akan dapat meningkatkan produktivitas, etos kerja dan prestasi. 

Pembangunan olahraga selama ini dilaksanakan lewat dua jalur. Jalur pertama adalah melalui jalur pendidikan, yang penyelenggaraannya dikoordinasikan oleh Depdiknas, dan kedua adalah pembangunan olahraga lewat jalur masyarakat yang penyelenggaraannya selama ini dikoordinasikan oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), sebagai organisasi yang mewakili unsur masyarakat.

Pembangunan olahraga lewat jalur pendidikan atau di sekolah dikenal dengan istilah pendidikan jasmani (physical education) ditempuh dengan cara memasukkan muatan pendidikan jasmani ke dalam satuan pelajaran pada setiap jalur dan jenjang pendidikan, dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi baik intra maupun ekstrakurikuler.

Sedangkan pelaksanaan pembangunan olahraga lewat jalur masyarakat, ditempuh melalui serangkaian kegiatan yang serasi untuk tujuan peningkatan prestasi meliputi, Permasalahan, pemanduan bakat, pembibitan calon atlet, pembinaan atlet, serta peningkatan prestasi atlet. Keseluruhan kegiatan itu membutuhkan dukungan iptek keolahragaan.

Sesuai dengan Undang-Undang No.25 Tahun 2000, ada empat program pemerintah yang akan dilaksanakan dalam upaya pembangunan olahraga nasional, yaitu:
  1. Program Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Olahraga.
  2. Program Pemasyarakatan Olahraga dan Kesegaran Jasmani.
  3. Program Pemanduan Bakat dan Pembibitan Olahraga.
  4. Program Peningkatan Prestasi Olahraga.
Pelaksanaan program-program pembangunan tersebut dilakukan secara merata, sistematis dan terpadu untuk seluruh lapisan masyarakat di seluruh tanah air dengan menyesuaikan kondisi geografi dan budaya bangsa, serta melibatkan seluruh potensi dan kekuatan bangsa sehingga dapat diwujudkan suatu keluarga, masyarakat, dan bangsa yang memiliki kemampuan olahraga yang tangguh, yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu kehidupan dan prestasi olahraga ditingkat Nasional, Regional, maupun Internasional.

        Bebagai permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pembangunan olahraga dewasa ini, secara umum dapat dikelompokkan dalam kaitannya dengan bidang pendidikan jasmani olahraga itu sendiri. Sejalan dengan kebijakan nasional yang akan ditempuh dibidang olahraga, maka permasalahan akan dirumuskan dalam kaitannya dengan empat tema utama program pembangunan olahraga nasional yang tertuang di dalam Propenas, adalah sebagai berikut:  
  • Permasalahan dalam kaitannya dengan pengembangan dan keserasian kebijakan olahraga. Masalah paling kritis dalam pembanguan olahraga nasional dewasa ini adalah ketidakmampuan seluruh instansi keolahragaan untuk melaksanakan upaya pembinaan yang beralaskan pada sebuah sistem manajemen yang mantap, yang diteliti dengan adanya interkoneksitas dan keterpaduan segenap unsur terkait secara nasional. Selama ini, perumusan dan pelaksanaan kebijakan olahraga bersifat semi-independen yantg dilaksanakan melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga sebagai wakil pemerintah, dan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), beserta induk-induk olahraga yang ada sebagai unsur masyarakat. Di sisi lain kinerja dari kedua institusi tersebut terbukti memang belum mampu mewujudkan adanya keserasian dalam penerapan kebijakan di bidang keolahragaan, yang pada akhirnya berujung pada lemahnya proses pembinaan dan tidak tercapainya target-target yang diharapkan dalam pembinaan keolahragaan nasional. Sejalan dengan desentralisasi pembangunan, titik berat pelaksanaan pembangunan olahraga, tidak hanya bergeser dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, tetapi juga harus lebih mengarah pada pemberdayaan dan pembangkitan partisipasi masyarakat, sementara pemerintah lebih bergerak sebagai fasilitator dan motivator. Dengan semakin kompleksnya permasalahan-permasalahan nasional yang harus dihadapi di bidang keolahragaan dewasa ini, tuntutan akan adanya pengembangan dan keserasian sistem manajemen kebijakan nasional dan keorganisasian, dalam arti luas, yang menyangkut perencanaan, koordinasi, pendayagunaan sumber daya yang ada sampai pada evaluasinya, menjadi suatu hal yang mutlak harus dilaksanakan. Kehadiran Direktorat Jenderal Olahraga diharapkan mampu menangani permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam kaitannya dengan pengembangan kebijakan dan keserasian dalam implementasi kebijakan olahraga tersebut.
  • Permasalahan dalam kaitannya dengan pemasyarakatan olahraga dan kesegaran jasmani. Selama ini, masyarakat merupakan potensi utama dalam mendukung dan memacu peningkatan kemajuan olahraga nasional belum diberdayakan secara optimal. Dengan kondisi kesegaran jasmani masyarakat termasuk generasi muda hingga dewasa ini yang masih belum memadai seperti yang diharapkan. Oleh karena itu, perlu semakin didorong peran sertanya dalam pembangunan kemandirian olahraga antara lain melalui perumusan kebijakan yang lebih mengarah pada upaya untuk memfasilitasi dan memotivasi masyarakat untuk lebih menghidupkan klub-klub olahraga prestasi, memantapkan gerakan olahraga massal, olahraga pendidikan (pendidikan jasmani) serta olahraga rekreasi. Upaya melestarikan olahraga tradisional, pengelolaan olahraga khusus dan olahraga rehabilitasi.      
  • Permasalahan dalam kaitannya dengan pemanduan bakat dan pembibitan olahraga. Berdasarkan ukuran-ukuran internasional, kenerja program pemanduan bakat dan pembibitan olahraga yang dilaksanakan di Indonesia masih kurang sistematis yang berbuah pada ketidakmampuan atlet-atlet Indonesia dalam cabang olahraga tertentu untuk mampu bersaing di tingkat internasional. Oleh karena itu, perlu diciptakan model dan perencanaan program pemanduan bakat dan pembibitan yang lebih sistematis dan terpadu, guna mendukung pembinaan yang berjenjang dan berkesinambungan, melalui penerapan metoda yang tepat dengan memanfaatkan iptek olahraga. Selanjutnya bibit-bibit olahragawan berbakat yang berhasil diidentifikasi perlu dibina melalui pusat pembinaan seperti PPLP dan PPLM. Pada saat ini, secara keseluruhan, pembinaan olahraga masih bersifat sporadis dan kurang didasarkan pada orientasi jangka panjang, suatu kondisi yang bertentangan dengan kenyataan, bahwa pencapaian prestasi olahraga memerlukan waktu cukup panjang antara 10-12 tahun untuk dapat mencapai puncak usia prestasi, sesuai dengan watak olahraga masing-masing.
  • Permasalahan dalam kaitannya dengan prestasi olahraga. Permasalahan yang cukup serius dihadapi dalam masalah ini adalah lemahnya Insan pembinaan yang selama ini dilaksanakan lewat pendidikan jasmani, disertai dengan dukungan partisipasi masyarakat masih jauh dari yang diharapkan. Oleh karena itu, pendidikan jasmani perlu dikembangkan secara intensif dan komprehensif dengan memperhatikan komponen kurikulum, guru, sarana dan prasarana. Sedangkan proses pembinaan dengan model piramid yang berkesinambungan dari usia dini, yunior, hingga atlet senior, juga kurang terwujud, misalnya Proyek Garuda Emas.
Dengan mempertimbangkan permasalahan-permasalahan diatas, maka tantangan pembangunan olahraga untuk kurun waktu lima tahun kedepan adalah  :
  1. Dalam kaitannya dengan pengembangnan dan keserasian kebijakan olahraga, adalah bagaimana mengupayakan langkah-langkah untuk terciptanya sistem koordinasi antar unit terkait baik di tingkat pusat sampai tingkat daerah sehingga dapat mewujudkan adanya keserasian dalam perumusan kebijakan olahraga.
  2. Dalam kaitannya dengan pemasyarakatan olahraga dan kesegaran jasmani, adalah bagaimana mendorong partisipasi aktif masyarakat agar lebih peduli dengan kegiatan olahraga dan kemaslahatan yang diperoleh, seperti kondisi kesehatan, dan dampak pengiring lainnya seperti peningkatan produktifitas. Kegiatan kesegaran jasmani melalui penerangan/penyuluhan yang sistematis dengan lebih menggelorakan panji olahraga yaitu "Memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat". Selain itu, bagaimana meningkatkan dukungan masyarakat dalam pembinaan olahraga, terutama dalam kaitannya dengan penggalian sumber-sumber dana dari masyarakat secara legal dan transparan sehingga kebutuhan akan sarana dan prasarana olahraga dapat dipenuhi.
  3. Dalam kaitannya dengan pamanduan bakat dan pembibitan olahraga adalah bagaimana menciptakan suatu sistem pemanduan bakat dan pembibitan olahraga baik lewat jalur sekolah maupun lewat jalur prestasi olahraga dengan didukung oleh tenaga-tenaga yang profesional dan penanganan yang terpadu.
  4. Dalam kaitannya dengan prestasi olahraga adalah bagaimana meningkatkan daya saing Indonesia dalam event-event olahraga baik di tingkat regional dan internasional sehingga memberikan citra dan nama bangsa yang lebih baik di mata internasional. Karena akhir-akhir ini olahraga kita terpuruk baik tingkat regional dan internasional
Baru sebagian masyarakat Indonesia yang menyadari olahraga sebagai sebuah kebutuhan. Kesadaran ini belum merata di semua lapisan masyarakat. Penyebabnya bukan ketidaktahuan akan manfaat olahraga namun lebih karena kebiasaan dan gaya hidup serta perbedaan cara pandang tentang olahraga.

Pergeseran orientasi terhadap jenis dan nilai olahraga terjadi akibat perubahan dalam gaya hidup, diantaranya : 
  • Pertama, gaya hidup yang berorientasi mengejar kesenangan dan kenyamanan fisik berpengaruh nyata terhadap perubahan kultur gerak. Banyak karyawan atau pekerja kantoran menghindari naik turun tangga. Mereka lebih suka menggunakan lift. Pada masa usia dini, kenyamanan pun secara tidak sadar ditanamkan. Alih-alih harus berjalan kaki, anak-anak berangkat ke sekolah dengan menggunakan kendaraan antar jemput.
  • Kedua, pergeseran gaya hidup pun mempengaruhi masyarakat dalam memandang olahraga. Berolahraga kini tidak selalu dikaitkan dengan kompetisi dan prestasi, tetapi juga karena tujuan lain, terutama sebagai gaya hidup. Itulah sebabnya, klub-klub senam kebugaran, pengobatan, dan kemolekan tubuh marak di mana-mana dan lebih populer dibandingkan senam ritmik dan cabang prestasi lainnya.
  • Ketiga, pilihan jenis dan tujuan olahraga pun bergeser. Orientasi olahraga yang langsung atau tidak langsung bersifat ekonomi tumbuh semakin tajam. Orientasi ekonomi langsung, terlihat pada perkawinan antara olahraga dengan ekonomi. Olahraga pun kini memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Bahkan dalam dua dekade terakhir, ekonomi olahraga tumbuh dengan eskalasi makin besar. Kontribusi olahraga bagi pertumbuhan ekonomi tampak dalam pengembangan industri olahraga. Di negara maju olahraga sudah terindustrialisasi secara masif. Perubahan struktur ini juga diikuti dengan penanaman nilai-nilai profesionalisme secara ketat. Semakin besar nilai kontrak, misalnya, semakin berat beban profesionalisme sang atlet.
Ternyata, Industrialisasi olahraga pun mengalami globalisasi. Seperti juga di bidang lain di luar olahraga, globalisasi industri olahraga pun membuat bangsa kita tergagap. Kita tidak siap bersaing dan hanya menerima luberan pengaruh kultur olahraga pada skala global. Nilai profesionalisme pun mulai ditanamkan di kalangan atlet nasional, meski tidak utuh seperti yang berlaku pada masyarakat yang industri olahraganya sudah maju. Namun gejala umum berlaku dalam dunia olahraga kita bahwa ternyata perubahan struktur (seperti aturan transfer) tidak selalu diikuti kultur profesional. Itulah sebabnya, tawuran kerap terjadi pada ajang yang mengusung bendera profesionalisme

Pengaruh terhadap ekonomi juga bisa bersifat tidak langsung. Olahraga telah mengurangi beban pengeluaran masyarakat dalam aspek kesehatan. Derajat kebugaran jasmani dan kesehatan yang baik akan menurunkan biaya perawatan kesehatan, dan malah meningkatkan produktivitas kerja. Dalam konteks pembangunan nasional, pembinaan olahraga diharapkan memberikan daya ungkit (leverage) bagi pencapaian target pembangunan masyarakat. Meski tidak langsung, daya ungkit olahraga bagi pencapaian akselerasi peningkatan kesejahteraan masyarakat guna mendukung program pemerintah pusat diyakini akan signifikan. Pencapaian visi dan misi pemerintah pusat membutuhkan dukungan semua pihak. Pada sisi ini, derajat kesehatan aparatur dan masyarakat yang baik secara tidak langsung akan berdampak terhadap peningkatan kinerja dan kualitas penyelesaian tugas.

Bagaimanapun peningkatan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia Indonesia, pengembangan struktur perekonomian nasional yang tangguh, dan pemantapan kinerja pemerintah daerah membutuhkan dukungan aparatur yang sehat. Demikian pula dengan peningkatan implementasi pembangunan berkelanjutan dan peningkatan kualitas kehidupan sosial yang beralaskan agama dan budaya nasional membutuhkan dukungan masyarakat yang sehat secara fisik dan mental.